Cattegory

Senin, 06 April 2009

Interferensi

Interferensi dalam bahasa guru

Oleh: Bekti Yustiarti (051224037)

PBSID, FKIP, UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Abstrak

Peristiwa identifikasi antar bahasa merupakan kondisi terjadinya interfernsi. Akan tetapi kadang-kadang dwibahasawan berusaha menghindari terjadinya interfernsi. Pengaruh bahasa sebagai akibat kontak bahasa, sekalipun bentuknya sangat sederhana, akan terjadi pengambilan suatu unsure yang terlibat ke dalam suatu bahasa yang dipergunakan dalam hubungannya dengan bahsa lain. Dalam makalh ini dapat dilihat adanya peristiwa interferensi dalam proses pengajaran di SMP.

  1. Pendahuluan

Haugen berpendapat bahwa peristiwa interferensi ialah peristiwa adanya kontak bahasa dan bagian-bagian yang rumpang pada setiap bahasa itu salng ditutup oleh bahasa-bahasa yang berkontak dan sekaligus penerapan dua buah system seara serempak pada suatu bahasa (1950: 90). Sedangkan Weinreich berpendapat agak lain; yaitu jika seseorang menggunankan dua bahasa atau lebih diperkirakan dalam praktik penggunaan itu akan terjadi penyimpangan-penyinpanagn itulah dinamakan interfernsi (1970: 91). Selanjutnya, ia menegaskan bahwa peristiwa penyimpangan-penyimapangan oleh pemakai bahasa sebenarnya tidak terbatas pada bahasa tutur saja, teteapi juga pada peristiwa bahasa. Atau dengan kata lain yaitu bahwa peristiwa interferensi terjadi pada tutura dwibahasawan sebagai akibat kemampuannya dalam bahasa lain. Sedangkan gejala interferensi yang terdapat pada bahasa, merupakan hampir bukan gejala lagi melainkan suatu kebiasaan yang lazim terjadi yang telah kuat danpenggunanya tidak lagi tergantung pada kedwibahasaan. Maksudnya ialah seandainya ada seorang penutur yang menggunakan bentuk bahasa dari bahasa lain, tetapi sebenarnya ia tidak memperolehnya dari bahasa lain itu secara langsung, tetapi ia peroleh dari mendengar bentuk itu yang digunakan oleh orang lain.

Dalam makalah ini akan ditunjukkan bentuk-bentuk interferensi yang digunakan oleh guru dalam proses pengajaran di kelas. Banyak ditemukan interferensi yang timbul dalam penggunaan bahasa lisan, salah satu penyebabnya adalah strukturbahasa dapat memungkinkan terjadinya peristiwa interferensi

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bentu-bentuk interferensi dalam bahasa lisan yang digunakan oleh guru pada waktu mengajar di kelas.

Data ini diperoleh sema empat kali terju ke lapangan yaitu pada tanggal 28 April 2007 sampai tanggal 5 Mei 2207. guru yang diamati ada empat yaitu, pertama Ibu Yasimah, beliau mengampu idang studi Bahasa Indonesia kelas VII, beliau berusia 51 tahun. Kedua, bapak Dewa, beliau mengampu bidang studi ekonomi kelas VII, usianya saat ini 42 tahun. Ketiga Ibu Dwi beliau mengampu baidang studi biologi kelas VII, sekarang berusia 39 tahun dan yang keempat adalah bapak Suparja, beliau mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII, saat ini beliau berusia 48 tahun, Pak Suparjo adalah orang yang paling humoris diantara keempat guru tersebut. Penelitian di SMP Negeri 2 Kalibawang ini adalah penelitian mengenai bahasa lisan. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi aktif, rekaman yang berupa tape dan transkrip serta catatan lapangan.

  1. Pengertian Interferensi

Interferensi adalah kesu;itan tambahan dalam proses menguasai bunyi, kata atau kontruksi bahasa kedua sebagai akibat adanya perbedaan antara bahasa pertama dan bahasa kedua sehingga kebiasaan berbahasa pertama (bahasa ibu) terbawa ke dalam berbahasa kedua atau sebaliknya (Pranowo, 1996: 12). Sedangkan pendapat Diebold hanya memberi batasan yang tegas tentang pengertian interferensi itu yang timbul atau terjadi melaui tuturan, yaitu interferensi melalui peristiwa kedwibahasaan. Pendapat Soepomo, peristiwa interferensi bahasa sulit sekali dihindari, terutama pada diri orang-orang yang telah lanjut usia (1978: 34). Interferensi adalah penyimpangan dari kaidah bahasa sebagai akibat pengaruh penguasaan seoang dwibahasawan terhadap bahasa lain. Interferensi dapar terjadi pada tingkat tata bunyi, tata bahasa atau leksikon (Sembiring dan Suhari, 2005: 59). Ontoh interferensi disajikan sebagai berikut:

(1) “Mumpung ada tamu, oba tunjukkan kemampuan kalian kalau anda sudah membaca”

Kata mumpung dalam kalimat (1) merpakan bahasa Jawa.

(mumpung : Jawa = selagi: Indonesia)

(2) “Bermain HP saja ndak malu kok membuat kalimat malu”.

Sama halnya dengan kalimat (1) dalam kalimat (2) terdapat kata ndak.

(ndak: Jawa= tidak: Indonesia)

  1. Bentuk-bentuk interferensdi dalam proses pengajaran di SMP

Banyak ditemukan interferensi pada dwibahasawn yang sangat kuat dengan bahasa ibunya, baik itu usia anak maupun usia deawa dalam bahasa tuturan. Begitu juga dapat dilihat dari bahasa lisan yang digunakan oleh guru pada waktu mengajar.

(1) “Ada undangan mantenan atau ada undangan apa sehingga lupa belajarnya.”

Interferensi ini termasuk interferensi di bidang leksikal.

(mantenan: Jawa=pernikahan: Indonesia)

(2) “Yang lain ada ndak?”

(Ndak: Jawa= tidak: Indonesia)

Interferensi ini tremasuk interferensi di bidang tata bahasa.

(3) “Ndak mau?”

(Ndak: Jawa= tidak: Indonesia)

Termasuk interferensi di bidang tata bahasa.

(4) Masa ndak ada Mantovani yang lain?”

(Ndak: Jawa= tidak: Indonesia)

Termasuk interferensi di bidang tata bahasa.

(5) “Saiki ditulis!”

(saiki: Jawa = sekarang: Indonesia)

Termasuk interferensi dalam bidang leksikal dalam bentuk kata dasar.

(6) “Alat apa yang digunakan?”

“Garisan, pulpen”

(garisan: Jawa = penggaris atau mistar: Indonesia)

Interferensi ini termasuk interferensi dalam bidang tata bahasa yaitu pada penggunaan kata dasar.

(7) Entar…”

(entar: dialek Betawi= nanti: Indonesia)

(8) “Karena selesai pulang langsung seger

Tidak ada komentar: