Cattegory

Rabu, 18 Agustus 2010

“Fiksi mini” Karya Baru di Dunia Sastra

Dunia sastra tidak akan pernah mati, sastra akan tetap hidup dan berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Pada harian Kompas Minggu (11/4) dimuat artikel yang berjudul “Mengunyah Fiksi Mini Sepanjang Hari”. Fiksi mini merupakan istilah baru di dunia sastra. Apabila digolongkan dalam ranah sastra, fiksi mini dapat dimasukkan dalam karya prosa. Mengapa demikian? Fiksi mini hampir mirip dengan cerpen, hanya cerita yang dituangkan dalam fiksi mini lebih singkat. Fiksi mini yang dimaksud adalah sebuah cerita yang mengandung unsur intrinsik dan dibatasi 140 karakter. Walaupun cukup “mini” fiksi mini merupakan sarana untuk berkarya bagi seseorang.
Berikut contoh fiksi mini:
aku sungguh mencintaimu sayang,”kata sang suami didpn makam istrinya. “Juga uang hasil korupsiku yg kusimpan bersama petimatimu” #fiksimini
“Katakan pdku,sejak kapan kau mencintaiku?”tanya sang pemuda pd sigadis.”Sejak kamu kena amnesia,sayang”sahut si gadis tersenyum #fiksimini
“Sst..istri si bos itu bekas pacarku dulu lho,”kata lelaki itu pd kawannya.”Sama dong! istrimu jg bekas pacarku,”jwb kawannya #fiksimini
“Kamu cantik, tapi aku tak mencintaimu,”kata si pemuda dgn perih.”Kenapa?”tanya sigadis.”Karena kelamin kita beda”sahut si pemuda #fiksimini
Sumber:
Kompas, 11 April 2010
http//:fiksi.kompasiana.com

Penerbitan Perdana Antologi Puisi

Jumat, 13 Agustus 2010

Penolong Kakek

Oleh Bekti Yustiarti
Tibalah hari jumat yang sudah kutunggu-tunggu. Karena seminggu lalu ayah telah berjanji mengajakku jalan-jalan ke luar kota naik kereta. Pagi-pagi aku langsung mandi, kemudian aku duduk di maja makan. Ayah dan ibu sudah menungguku untuk sarapan.
“Nah, begitu dong anak ayah bangun pagi langsung mandi.”
“Iya Yah, kan biar cepat-cepat soalnya nanti sore kan mau diajak jalan-jalan ke tempat Bude. Jadi kan Yah?”
“Jadi dong. Sekarang sarapan dulu, Soalnya Papa harus datang di kantor lebih awal karena ada tamu.”
“Oke Yah, asyik…asyik…
Setelah selesai sarapan akupun bergegas mengambil tas dan membonceng ayah. Setiap pagi aku selalu berangkat bersama ayah karena sekolahku dilewati oleh ayah. Semampai di sekolah aku masuk kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Pulangnya aku dijemput ibu karena ayah pulang dari kantor lebih sore. Aku langsung makan dan tidur siang, tak lupa aku berpesan kepada ibu agar membangunkanku lebih awal.
“Ibu, nanti jangan lupa aku dibangunkan ya!”
“Iya, sekarang kamu bobo dulu ya nak!”
“Iya Bu.”
Setelah dua jam, aku dingunkan oleh Ibu. Suapaya aku segera mandi dan bersiap-siap sambil menunggu ayah pulang. Ibu sudah berkemas-kemas menyiapakan perlengkapan yang harus dibawa. Ibu sedang memasak di dapur.
“Ibu, ayah belum pulang ya?”
“Belum, mungkin sebentar lagi. Kamu bantu ibu dulu ya, memasukkan baju-baju yang dibawa sudah ibu siapkan, yinggal masukkan k etas!”
Aku segersa bergegas ke kamar dan memasukkan baju-baju, kemudian kuhampiri ibu di dapur yang masih menyelesaikan masakannya.
“Bu, masaknya kok banyak sekali? Mau dibawa buat bekal ya?”
“Iya Din, daripada kita beli di stasiun kan mahal lagipula belum tentu bersih.”
“Oh gitu ya Bu. Ayah kok lama ya Bu?”
“ Ya sabar, ayah masih mampir ke stasiun untuk membeli tiket supaya kita dapat tempat duduk.”
Ibu bersiap-siap, aku melihat televisi sambil menunggu ayah pulang. Tak lama kemudian suara motor ayah terdengar. Aku segera berlari ke depan. Ternyata benar ayah sudah datang.
“Ayah….”
“Wah cantiknya anak Ayah, ibu mana?”
“Sedang siap-siap Yah.”
“Kamu tunggu dulu sambil nonton TV, ayah mandi dulu ya!
“Cepet ya Yah!”
Setelah semua siap kami segera pergi ke stasiun. Kami naik angkot di depan rumah menuju ke stasiun. 15 menit perjalanan dari rumah menuju ke stasiun. Kami tiba di stasiun satu jam lebih awal, kata ayah lebih baik kita berangkat awal daripada terlambat. Sambil menunggu kereta kami duduk di ruang tunggu. Belum terlalu banyak penumpang yang menunggu. Kulihat sekeliling stasiun. Terdapat banyak penjual makanan dan oleh-oleh. Kemudian aku milhat seorang kakek yang sedang duduk di sudut kursi.
Kakek itu sedang menghitung uang, kulihat uangnya ribuan. Nampak lama kakek itu menghitung kembali uangnya. Kuamati dari tempat aku duduk. Kemudian kakek itu bertanya kepada seseorang yang duduk di sampingnya. Sepertinya orang yang duduk di sampingnya tidak tahu lalu menunjuk ke arah satpam yang berjaga di pintu masuk. Kakek itu berjalan ke arah satpam yang berjaga di depan pintu. Mereka tampak berbincang bincang tapi sayang aku tidak mendengar percakapannya. Kemudian kakek itu kembali ke dudut kursi yang diduduki tadi, kembali iya menghitung uangnya. Kakek itu tampak gelisah. Akupun mendekatinya.
“Kakek kenapa?”
“Ini Dik. Saya itu mau ke stasiun A ternyata tadi saya diturunkan di staisun B. Padahal tiket saya di stasiun A.”
“Terus gimana Kek?”
“Saya bingung Dik, tidak tahu jalannya.”
“Naik taksi saja Kek!”
“Uang saya tidak cukup Dik.”
“Ohh..”
Aku berlari ke tempat ayah duduk dan menceritak semua kejadian. Lalu ayah, memberiku selembar uang duapuluhribuan supaya diberikan kepada kakek untuk naik taksi.
“Kek, ni uang dari ayahku, kakek pakai buat naik taksi ke stasiun A!”
“Terima kasih Dik, kamu baik sekali”
“Hati-hati ya Kek!”
Kuamati dari belakang, kakek itu sudah tua sekali, kasihan dia bepergian sendirian. Langkahnya sudah tak secepat aku, dia sudah tak bisa berlari. Setelah kakek itu menghilang dari pandanganku, aku kembali ke tempat duduk semula. Tak lama kemudian kereta yang akan kami naiki sudah datang. Kami segera naik dan mencari nomor kursi yang telah tertera di tiket. Setelah tempat duduk kami ketemu aku memilih duduk di dekat jendela.
“Kok melamun, tadi kan ceria.” Tanya Ibu.
“Dina sedih, Bu.”
“Kenapa?”
“Dina teringat kakek tadi, kasihan ya Bu.”
“Sudahlah nggak apa-apa, kakek itu pasti selamat, kamu sekarang berdoa saja ya, jangan lupa doakan kakek tadi.”
Aku memejamkan mata dan berdoa, setelah selesai berdoa aku sudah tidak gelisah lagi, aku menikmati perjalanan di kereta. Ayah dan Ibupun gembira melihat aku gembira kembali.
Selesai

Kamis, 13 Mei 2010

Lestari Alamku Lestari Negeriku

Dalam KBBI, pelestarian berarti proses, cara, perbuatan, melestarikan. Sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu yang yang menjadi sumber daya alam. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan dapat diartikan sebagai usaha untuk melestarikan sumber daya alam. Kita tahu bahwa negara Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan sumber daya alam. Kekayaan itu tidak dapat diukur oleh apapun juga. Apabila kita mengingat lirik sebuah lagu “orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman” .Betapa lagu itu menggambarkan sebuah negeri yang subur dan makmur.
Namun, saat ini lingkungan yang begitu indah itu telah tercemar. Pemanasan global yang telah melanda dunia ini menjadi merupakan ancaman bagi kehidupan kita. Dampak yang ditimbulkanpun nampak nyata. Setiap hari orang mengeluh “panas” . Bagaimana tidak, hutan-hutan telah banyak yang gundul, polusi udara di mana-mana akibat banyaknya kendaraan bermotor yang mengeluarkan asap. Lalu bagaimana kita melestarikan lingkungan yang sudah tercemar ini?
Upaya pelestarian lingkungan dapat dilakukan oleh semua pihak. Kegiatan ini juga merupakan bentuk rasa cinta kita terhadap tanah air. Kegiatan ini juga tidak dapat ditunda-tunda lagi. Hal ini berpengaruh juga terhadap kelangsungan hidup anak cucu kita. Apabila pelestarian lingkungan ini dapat diwujudkan oleh semua kalangan, maka kebutuhan hidup masa sekarang dan masa depan dapat tercukupi.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan ini. Berawal dari hal-hal kecil dan dari diri kita sendirilah semua itu akan terwujud. Misalnya, dengan membuang sampah pada tempatnya. Apabila semua orang melakukan hal itu, maka tidak akan terjadi banjir di kota-kota besar akibat banyak sampah di sungai dan saluran air. Namun sayang belum semua orang sadar akan hal itu. Itu hanya salah satu contoh pencemaran yang terjadi di lingkungan ini. Banyak pencemaran-pencemaran lain yang telah terjadi di negeri ini.
Itu hanya salah satu contoh kecil yang dapat dilakukan. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu penanaman pohon. Penanaman pohon di tempat tempat yang gersang memiliki banyak manfaat. Selain untuk mengurangi polusi juga dapat membuat suatu tempat menjadi sejuk. Apabila setiap orang dapat menanam satu pohon saja, dikalikan berapa juta penduduk Indonesia. Lima atau sepuluh tahun lagi pohon-pohon yang ditanam akan tumbuh menjadi besar, tentu saja dengan cara dirawat. Maka alam dan negeri ini akan sangat lestari.

Senin, 05 April 2010

Cara Efektif Mengajarkan Sastra pada Anak

Apa yang ada di benak orang tua ketika diminta mengajarkan sastra kepada anaknya? Mungkin orang tua akan membeli VCD atau DVD yang berisi film-film sastra dengan tokoh kartun. Atau mungkin orang tua akan membeli buku dan meminta baby sitter untuk membacakannya untuk anak. Semua itu dapat dilakukan orang tua agar anak dapat belajar sastra sejak usia dini. Tetapi adakah cara lain yang lebih efektif untuk mengajarkan sastra pada anak? Salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua untuk mengajarkan sastra kepada anak pada usia dini yaitu dengan mendongeng. Mungkin orang tua sekarang berfikir di zaman yang canggih ini bahwa mendongeng adalah hal yang kuno dan sudah tidak popular lagi di masyarakat. Selain itu, kendala dari orang tua sendiri yang sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak sempat lagi untuk mendongeng. Mendongeng sebenarnya merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan sastra kepada anak. Mengapa demikian? Karena dengan mendongeng orang tua dan anak memiliki beberapa manfaat sekaligus. Selain manfaat pengetahuan juga terdapat manfaat lain yang diperoleh, misalnya terjadi kedekatan emosional antara orang tua dan anak. Manfaat yang diperoleh antara lain, pertama melalui mendongeng anak dapat berimajinasi sendiri sesuai dengan unsur intrinsik (misalnya: tokoh, tempat) yang didongengkan. Berbeda dengan melihat film, anak tidak dapat berimajinasi sehingga kemamuan otak kanan anak tidak berfungsi dengan baik karena tidak dilatih. Manfaat kedua, anak mampu berfikir kritis melalui apa yang ia dengar dan imajinasikan. Anak akan terus bertanya pada pendongeng. Pertanyaan itu biasanya seputar kelanjutan cerita dalam dongeng tersebut. Bahkan, anak akan membuat ending dari cerita tersebut dengan cara berimjinasi. Materi atau cerita yang didongengkan dapat dipilih cerita rakyat. Cerita rakyat dapat dipilih karena merupakan salah satu karya sastra. Selain cerita-cerita yang menarik, anak juga akan bertambah pengalamannya mengenai asal mula cerita itu.Manfaat ketiga, orang tua yang mendongengkan cerita rakyat atau cerita-cerita yang lain kepada anaknya secara otomatis akan terjadi kedekatan emosional antara orang tua dan anaknya. Kegiatan ini juga dapat mempererat komunikasi antara orang tua dengan anak. Di dalam konikasi yang telah terjalin dengan baik dapat disisipkan ajaran-ajaran lain yang bermanfaat bagi anak, misalnya etika, disiplin, tata karma, dan lain-lain. Jadi, mengajarkan sastra pada anak dapat dilakukan dengan hal yang sederhana tetapi memiliki manfaat yang luar biasa.
(Artikel ini merupakan salah satu dari 3 artikel terbaik dalam lomba penulisan puisi dan esai sastra yang di selenggarakan oleh "Penulismuda" dalam rangka memperingati hari Chairil Anwar)