Oleh: Bekti Yustiarti
Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki kekayaan dan keberagaman. Namun, belum semua daerah
dapat merasakan dampak dari pembangunan tersebut. Orang yang tinggal di Pulau Jawa
barangkali lebih beruntung dengan adanya berbagai fasilitas yang tersedia.
Tetapi, apabila kita melihat ke luar pulau Jawa. Tentu banyak orang yang masih
berjuang untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, sarana kesehatan, dan
lain-lain.
Salah satu tempat yang belum mendapatkan
fasilitas dalam berbagai bidang adalah di desa Raka, Manggarai Barat, NTT.
Menempuh perjalanan selama 6 jam dari pusat kota Labuan Bajo tentulah bukan hal
yang menyenangkan dengan kondisi jalan yang rusak, berliku-liku, dan sempit.
Melintas di antara tebing dan jurang. Namun, di kanan kiri terdapat pemandangan
alam yang indah Desa Raka yang terletak
di sebuah lembah yang dikelilingi bukit-bukit, tidak ada jalan aspal yang ada
hanyalah jalan yang seperti sungai kering.
Akses transportasi untuk menuju desa hanya
ada satu kendaraan yang mereka sebut “oto”. Oto adalah sebuah truk yang disulap
seperti angkutan umum diberi kursi panjang dari kayu dan bagian atasnya ditutup dengan terpal
sehingga dapat melindungi panas dan hujan. Rute yang ditempuh yaitu Raka-Ruteng
dan hanya beroperasi satu kali dalam sehari. Jadi apabila akan bepergian
haruslah pagi-pagi. Karena apabila sudah tertinggal oto maka harus berjalan
kaki sampai jalan beraspal yang dilewati kendaraan. Oto hanya beroperasi saat
jalan kering karena apabila hujan jalan sudah tidak dapat dilewati.
Dari segi pendidikan, di desa Raka
terdapat satu sekolah SD inpres yang sangat sederhana. Dindingnya masih terbuat
dari papan, hanya lantai saja yang sudah tembok. Dengan fasilitas seadanya
murid-murid tetap semangat belajar, meskipun untuk menuju sekolah mereka harus
berjuang naik turun tebing dan menyeberangi sungai. Sampai di sekolah sudah
lelah, tak jarang materi yang diberikan tidak dapat diterima dengan baik.
Apabila itu adalah perjuangan murid, lalu bagaimana dengan perjuangan guru?
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia dan lebih mulia ketika mereka
mengabdikan diri secara total untuk Indonesia tercinta tanpa mengharapkan balas
jasa. Bagi mereka yang memiliki ekonomi cukup dapat melanjutkan sekolah ke
jenjang yang lebih tinggi. Bahkan ada yang bergelar sarjana dan mendapatkan
pekerjaan yang layak.
Dari segi ekonomi mereka, tentu saja hanya
mengandalakan hasil bertani dan berkebun. Namun belum semua SDA dikelola dengan
maksimal. Sebagai contoh, pohon aren yang tumbuh subur dan jumlahnya banyak
hanya dibiarkan tumbuh begitu saja. Padahal apabila diolah pohon aren dapat
disadap niranya menjadi gula aren, lalu buahnya (kolang-kaling) dapat diolah
menjadi makanan yang lezat. Di sana belum ada penyuluhan mengenai manfaat pohon
aren.
Dari segi adat istiadat mereka masih
menjunjung tinggi. Dalam
acara-acara tertentu adat masih kental dilaksanakan. Salah satu adat yang belum
dapat ditinggalakan adalah ketika seorang laki-laki akan menikah maka pihak
laki-laki harus membayar sejumlah uang kepada pihak perempuan yang jumlahnya
tidak sedikit yang disebut dengan istilah “belis”.
Itulah salah satu potret sudut
Indonesia, sebuah desa yang apabila kita lihat dari atas bukit terdapat
awan-awan di atas lembah, dan kita bagaikan berdiri di atas awan. Itulah
Indoesia yang sangat kaya dan beragam semakin menambah khasanah keberagaman
Indonesia. Inilah
Indonesiaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar