Cattegory

Kamis, 06 November 2008

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD

Secara jujur harus diakui, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar (SD) belum berlangsung seperti yang diharapkan. Guru cenderung menggunakan teknik pembelajaran yang bercorak teoritis dan hafalan sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung kaku, monoton, dan membosankan. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia belum mampu melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional, kognitif, emosional, dan afektif.
Penggunaan metode diskusi pun belum mampu melibatkan setiap siswa ke dalam kegiatan pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Hanya siswa tertentu yang terlibat dalam proses diskusi secara dialogis dan interaktif. Akibatnya, Bahasa dan Sastra Indonesia belum mampu menjadi mata pelajaran yang disenangi dan dirindukan oleh siswa. Imbas lebih jauh dari kondisi pembelajaran semacam itu adalah kegagalan siswa dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.
Pengelolaan kelas merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki guru. Pengelolaan kelas berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar. Menurut Suwarni, guru SD Cebongan Sleman, “salah satu masalah pengelolaan kelas yaitu pola perilaku siswa yang mencari perhatian. Masalah tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok. Pendekatan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pemberian positive reenforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reenforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan negative reinforcement seharusnya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru,” jelasnya. (Bekti-Erni)

Tidak ada komentar: