Cattegory

Rabu, 12 November 2008

Resensi Teater

“BUKAN SALAH SHINTA”

I. Data Pementasan:
a. Kelompok Pementas: Kelas Teater angkatan 2004
b. Pementas:
a) Yulia Herlin sebagai Bunda (Laras)
b) Cecilia feniawati sebagai Shinta
c) Yustinus Anang sebagai Bambang
d) Lorentius Elife sebagai Rama
c. Bentuk Pementasan: Teater
d. Naskah: (tidak terlampir)
e. Waktu Pementasan: Selasa, 29 April 2008, Pukul 19.00 – 20. 40
f. Tempat Pementasan: Aula Kampus II Mrican, Universitas Sanata
Dharma
g. Penonton: Dosen PBSID, Mahasiswa PBSID dari berbagai angkatan,
Mahasiswa dari prodi lain, dan Mahasiswa dari luar USD.

II. Ringkasan isi pementasan:
Dalam teater yang berjudul ”Bukan Salah Shinta” yang dipentaskan oleh kelas Teater angkatan 2004 mengisahkan tentang kehidupan percintaan antara Rama dan Shinta. Kisah cinta yang diawali tanpa sengaja. Shinta seorang gadis SMA yang nyaris tanpa cacat. Parasnya cantik dan memiliki tubuh yang indah. Ia adalah gadis yang menarik perhatian hampir setiap orang. Sosok yang begitu memikat sampai suatu hari sorang pemuda jatuh cinta kepadanya. Ia tinggal dengan Ibunya yang bernama Laras. Shinta adalah anak yang tidak mempunyai ayah. Ketika ia masih kecil, ayahnya pergi meninggalkannya. Shinta dibesarkan oleh ibunya tanpa kasih sayang dari seorang ayah. Ketika Shinta bertanya kepada bundanya, di mana keberdaan ayahnya ibunya selalu menjawab kalau ayahnya sudah lama meninggal.
Suatu pagi, ketika Shinta sedang mandi Laras masuk ke kamarnya. Laras kaget saat menemukan lipstik yang ada di tempat tidur. Lalu Laras memanggil Shinta dan menanyakan dari mana ia mendapatkan lipstik. Ternyata lipstik itu memang sengaja dibeli oleh shinta. Mengetahui hal tersebut Laras sangat khawatir, takut apa yang telah terjadi dengan diriya akan terjadi pula pada anaknya. Ketika Shinta pergi ke sekolah Laras pun memohon kepada Tuhan.
Kekhawatiran Laras pun terbukti. Suatu hari Shinta tidur dengan Bambang di sebuah kamar hotel. Ketika Bambang bangun Shinta belum bangun, Bambang mengenakan pakaian lalu pergi dan meninggalkan sejumlah uang di tempat tidur. Saat itu Rama, cleaning servise yang bekerja di hotel itu masuk hendak membersihkan kamar. Namun, tanpa sengaja di tempat tidur Shinta masih berbaring tanpa busana, hanya menggunakan selimut.
Pertemuan dengan Rama di kamar hotel yang tanpa sengaja merupakan awal dari kisah mereka. Rama dan Shinta saling bercerita tentang kehidupan masing-masing. Hingga akhirnya merekapun saling jatuh cinta. Kisah cinta mereka berlanjut sampai ke pernikahan. Laras sangat berbahagia karena akak kesaangannya sudah mendapatkan pendamping hidup yang menyayanginya.
Hari pernikahan Shinta dan Rama telah tiba. Laras gembira menyambut para tamu. Tiba-tiba Bambang, suami yang telah lama meninggalkannya datang. Bambang adalah ayah angkat Rama. Shinta sudah dandan begitu cantik dan keluar ketika melihat Bambang datang Shinta terkejut, Akhirnya Shinta pingsan setelah mengetahui bahwa Bambang adalah ayah kandungnya.

III. Isi resensi:

a. Aspek bentuk:
Dilihat dari aspek bentuk, menurut saya pementasan Teater ini sangat baik, dengan melibatkan pemain yang jumlahnya empat orang. Sangat baik karena menggambarkan suatu kehidupan rumah tangga yang cukup yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak sesuai dengan karakteristik dari cerita yang diangkat. Setting di rumah dan hotel sangat sesuai dengan cerita yang angkat dalam Teater ini.

b. Aspek isi:
Dilihat dari aspek isi, Teater ini sangat sesuai dengan realitas kehidupan manusia. Teater ini mampu mengkat salah satu bentuk kehidupan yang nyata terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pemain mampu memerankan sesuai dengan perannya secara ekspresif.
Di samping itu, dalam Teater ini mengandung pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton yaitu orang tua harus hati-hati dalam menjaga dan mendidik anaknya agar tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif, khususnya bagi anak SMA karena masa SMA adalah masa yang paling rentan dalam bergaul. Dalam Teater ini juga menyampaikan pesan bahwa cinta akan datang kapan saja dan di mana saja tanpa memandang tempat dan waktu.

c. Kelebihan:
Teater ini sangat menarik. Walau hanya diperankan oleh empat orang, namun teater ini mampu menampilkan yang terbaik. Setiap pemain mampu memerankan dan menghayati sesuai dengan perannya. Waktu pementasan juga tidak terlalu lama. Selain dari itu, dalam setiap adegan selalu ada kejuta-kejutan yang tidak terduga. Sehingga penonton penasaran adegan dengan adegan berikutnya.
Pementasan Teater ini sangat banyak banyak manfaatnya, Loren E. Tayilor via P. Hariyanto mengemukakan manfat mempelajari drama (dalam drama formal dan teater remaja): memperluas wawasan budaya, membantu pembentukkan suara, mengembangkan keserasian gerakan, mengembangkan apresiasi terhadap keindahan, mengembangkan kesedapan sikap, mengembangkan daya imajinasi, menyediakan rekreasi sehat, mengembangkan apresiasi sastra, mengembngkan ekspresi diri, mengembangkan sikap kerja sama, mengembngkan rasa percaya diri, mengembangkan rasa tanggung jawab, mengemnagkan kontol pribadi, dan memperkuat daya ingatan.

d. Kekurangan
Suatu pementasan pasti ada kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan Teater yang dipentaskan oleh angkatan 2004 ini. Salah satu kekurangan dalam pementasan teater ini, penonton kurang nyaman ketika pergantian setting. Menurut saya pergantian setting terlalu lama, sehingga penonton merasa jenuh. Selain itu, waktu black out panggung masih terlihat samar-samar, jadi ketika perekap mengganti properti masih terlihat oleh penonton.

e. Kesatuan
Dari kesatuan, Teater ini telah memiliki unsur kesatuan. Hal ini dapat dilihat dari setting yang sesuai dengan apa yang diceritakan. Selain itu, Klimaks terlihat jelas di akhir pementasan dan itu direspon dengan baik oleh penonton.

f. Keseluruhan
Secara keseluruhan Teater bagus. Semua pemain bermain dengan ekspresif sesuai dengan perannya, setting juga sesuai, berani menampilakan salah satu sisi kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dalam hal ini masyarakat kota besar.

g. Keragaman
Dilihat dari keberagaman, Teater ini cukup beragam khususnya dalam menampilakan watak dan karakter setiap tokoh. Dengan jumlah pemain yang bisa dikatakan sedikit, Teater ini mampu memerankan kondisi yang beragam. Misalnya, di hotel, di rumah, di kamar, dan saat menjelang pernikahan anatara Rama dan Shinta.

h.Intensitas
Dilihat dari segi intensitas, Teater ini sangat sesuai dengan keadaan di jaman modern, khususnya di kota besar. Pesan moral yang disampaikan cukup sesuai dengan apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.


VI. Penutup

1. Kesimpulan
Dari pementasan Teater angkatan 2004 dapat disimpulakan bahwa apa yang dipentaskan sudah bagus dan sesuai dengan realitas kehidupan di masa sekarang. Dilihat dari aspek bentuk, aspek isi, intensitas, keragaman, dan kesatuan sudah sesuai.

2. Saran
Seperti yang sudah di tulis pada bagian kekurangan, pergantian setting terlalu lama, sehingga penonton merasa jenuh. Selain itu, waktu black out panggung masih terlihat samar-samar, jadi ketika perekap mengganti properti masih terlihat oleh penonton. Sebagai saran, supaya pergantian setting lebih dipercepat sehingga penonton tidak menunggu terlalu lama.

Daftar pustaka
Hariyanto, P. 2000. Pengantar Belajar Drama. Yogyakarta: Universita Sanata
Dharma.
http://www.kabarindonesia.com diakses 6 Mei 2008.

Tidak ada komentar: